Sunday 30 October 2016

Suara Sangkakala dari Langit, Benarkah Pertanda Kiamat?

Pada tanggal 11 Agustus 2011, Kiev, Ukraina, digemparkan dengan suara yang sangat keras yang berasal dari langit. Suara mirip terompet tersebut segera menjadi viral yang kemudian disusul dengan laporan suara terompet misterius yang terjadi di berbagai belahan dunia. Apakah benar suara tersebut adalah suara sangkakala malaikat yang menandakan akhir jaman seperti yang tertulis dalam kitab suci?

Pertama kali mendengar berita ini yang terlintas di pikiran saya adalah fenomena the hum, namun the hum memiliki frekuensi rendah yang bahkan tidak semua manusia dapat mendengarnya, jadi menurut saya akan sangat sulit untuk merekam peristiwa ini karena frekuensinya tidak audibel. Jadi kita coret the hum  dari daftar. Lalu apakah ada sebab lain?

Tersangka kita yang kedua adalah skyquake. Skyquake dapat diartikan sebagai gempa langit, yakni suara seperti dentuman meriam atau sonic boom yang sampai saat ini masih belum diketahui penyebabnya. Peristiwa ini sudah dilaporkan terjadi sejak ratusan tahun yang lalu.

George Darwin, seorang ahli geofisika yang tidak lain adalah putra dari Charles Darwin pernah meneliti peristiwa ini. Dan hasil penelitiannya menjadi salah satu referensi yang komprehensif mengenai peristiwa skyquake ini.

Selain disebut skyquake, fenomena ini juga memiliki istilah lain, diantaranya: barisal guns (Bangladesh), guns of seneca (sekitar danau seneca, AS), mistpouffer (Belgia), fog guns & uminari (Jepang).

Hoax?
Untuk beberapa video serupa yang berada di youtube sudah dipastikan hoax, diantaranya video suara terompet di Edmonton, Kanada. Video tersebut dibuat oleh seorang pelajar bernama Claudine Gladue dengan menggunakan suara dari video terompet langit di Conklin, Kanada. Ia merekam suasana kota dari balkonnya sambil memperdengarkan video terompet langit conklin dari laptopnya.

Untuk video terompet langit conklin sendiri juga dipastikan hoax. Ketika suara terompet langit di Kiev dan Conklin dibandingkan, keduanya memiliki gelombang suara dan backsound noise yang sama. Sehingga dapat dipastikan bahwa video terompet langit conklin adalah hoax. 

Ada beberapa video lagi yang sudah dibuktikan hoax, namun sepertinya akan terlalu panjang jika kita bahas semua disini. Namun satu hal yang dapat kita ambil bahwa sebagian besar video yang menjadi viral dan menggemparkan dunia ini berasal dari video kiev.

Adakah kemungkinan lain?
Lalu adakah kemungkinan lain selain peristiwa skyquake diatas? 
Beberapa youtuber menunjukan adanya kesamaan antara suara terompet kiev dengan suara alien tripod dari film berjudul "War of the World" yang dirilis pada tahun 2005 dan suara terompet dari film "Red State" yang dirilis tahun 2012. Lalu apakah video di Kiev merupakan sebuah viral marketing untuk film Red State  atau film lain yang akan dirilis pada saat itu?

Seorang youtuber mencoba membandingkan suara terompet di Kiev dengan suara Tripod War of the World, dan hasilnya adalah kesamaan pada background noise di kedua video tersebut, yaitu suara burung.

Dengan demikian untuk video Kiev sendiri saya lebih condong kepada hoax. Namun tetap tidak bisa kita bantah bahwa memang sebagian orang benar-benar mendengar suara ini. 

Nyata atau hoax?
Seperti yang saya katakan diatas, untuk video Kiev sendiri kemungkinan adalah hoax dan merupakan viral marketing. Namun fenomena seperti ini sungguh nyata dan telah dilaporkan sejak ratusan tahun yang lalu, namun tidak dapat digeneralisir karena penyebabnya berbeda-beda.
Salah satu kasus yang terkenal adalah Moodus Noise. Moodus sendiri adalah nama sebuah kota di Connecticut, AS, dimana penduduk kota ini telah mendengar suara-suara aneh dari langit selama ratusan tahun. Suara tersebut seperti gemuruh yang aneh atau suara pohon tumbang

Nama “Moodus” sendiri berasal dari bahasa suku Indian setempat, Wangunk, yang menyebut wilayah itu “Machimoodus” atau “Tempat dengan suara-suara yang tidak enak”. Mereka percaya bahwa suara-suara tersebut berasal dari Dewa Hobomoko yang memiliki karakter tidak tenang, kasar dan berisik.

Namun akhirnya para ahli geologi berhasil menemukan sumber suara tersebut. Mereka menyebutkan bahwa suara tersebut dihasilkan oleh gempa mikro yang kerap terjadi di wilayah tersebut.

Dr. John Ebel, asisten direktur dari Weston Observatory di Massachusetts, mengatakan bahwa gempa mikro tersebut terjadi di kedalaman sampai 1 mil di bawah permukaan bumi dan biasa memiliki kekuatan antara 0 hingga 2 skala Richter. Gelombang seismik yang muncul lolos ke permukaan dan berubah menjadi gelombang suara.

Aktivitas seismik memang bukan hal yang aneh untuk kota Moodus. Contohnya, antara bulan Agustus sampai Oktober 1981, terdapat sekitar 500 guncangan yang terjadi di bawah permukaan bumi dan itu tidak dirasakan oleh para penduduk di atasnya.
Kasus lain yang mirip terjadi di Clintonville, Wisconsin, AS. Selama beberapa hari pada bulan maret 2012, kota tersebut diteror oleh suara-suara yang tidak diketahui asalnya. Suara itu kadang terdengar seperti guntur, kadang seperti suara logam yang diadu, kadang seperti suara ledakan. Kejadian ini membuat penduduk resah sehingga pejabat setempat memutuskan untuk melakukan penyelidikan. Mereka melakukan dengan cara yang sederhana, yakni dengan melihat getaran pada cangkir kopi.

Pada suatu pagi, sebuah suara keras terjadi, namun tidak terlihat adanya getara pada cangkir kopi. Penduduk yang panik berkumpul di aula sekolah setempat untuk berdiskusi. Tanpa penyelidikan yang sungguh-sungguh mereka hanya bisa berspekulasi. Jadi akhirnya pemerintah setempat memutuskan untuk berkonsultasi dengan Badan Geologi Amerika Serikat (USGS)

Hasilnya, sekelompok ahli ini menyimpulkan bahwa suara disebabkan oleh sekumpulkan gempa mikro yang dikuatkan oleh bebatuan unik di wilayah tersebut. USGS mendasarkan kesimpulannya pada data dari delapan stasiun seismik di wilayah tersebut. Hasil ini juga dikuatkan oleh keterangan seorang pejabat setempat bernama Lisa Kuss yang menyebutkan bahwa memang telah terjadi gempa dengan kekuatan 1,5 skala richter pada hari sebelumnya.

Selain berhubungan dengan gempa, suara-suara aneh ini juga dapat dihasilkan oleh pekerjaan manusia, seperti yang terjadi di Malaysia pada 12 Januari 2012. Dilaporkan oleh Borneo Post, suara seperti raungan atau dengkuran terdengar oleh penduduk kota Samarahan sekitar pukul 2 hingga 3 pagi.

Salah seorang saksi bernama Mohd Ferdauz Jemain yang tinggal di Kampung Meranek bercerita, ”Saat itu sekitar pukul 2 pagi ketika saya terbangun oleh suara-suara aneh. Suaranya terdengar sangat keras dan mirip dengan seseorang yang sedang mendengkur. Lalu, saya bangkit dari tempat tidur dan melihat apa yang sedang terjadi. Situasi saat itu cukup membuat bergidik. Saya tidak dapat menentukan arah suara itu, seakan-akan ia datang dari langit.”  

Beberapa penduduk menduga bahwa suara ini berasal dari perkebunan sawit milik Felcra yang ada di kampung Endap, namun dugaan ini diragukan karena jaraknya sekitar 8 km dari kota Samarahan. Namun dugaan ini kemudian terbukti ketika pemerintah lokal membentuk komite penyelidikan yang terdiri dari anggota Badan Angkasa Malaysia dan Badan Meterologi Malaysia. Mereka menemukan bahwa memang suara itu berasal dari pabrik sawit tersebut. Pada waktu suara tersebut terdengar, pabrik tersebut sedang menguji mesin uap dan uap yang dihasilkan oleh tekanan tinggi, dibantu oleh pipa yang mengarah ke Samarahan dan kondisi sunyi pada pagi hari, telah menyebabkan suara misterius tersebut terdengar sampai jauh. 

Demikian pula dengan kasus di Terrace, British Columbia, Kanada. Pada september 2013, penduduk setempat juga dihebohkan oleh suara misterius yang entah berasal darimana, suara ini berhasil direkam oleh seorang warga lokal bernama Kimberley Wookey. Video yang memang membuat bergidik ini sempat heboh diberitakan termasuk di Indonesia, berikut ini link videonya https://www.youtube.com/watch?v=FHi6LjKuNl4.

Salah seorang warga yang penasaran kemudian mencari tau asal suara itu. Purnell Good, penduduk lokal yang berhasil menguak misteri suara aneh tersebut. Saat suara itu kembali terdengar, Purnell menelusuri asal suara itu, dan ia menemukan buldozer yang sedang bekerja di sebuah skatepark setempat.

Beberapa bulan kemudian, halaman resmi facebook kota Terrace menyatakan bahwa merekalah yang bertanggung jawab atas suara misterius tersebut.
 
Kesimpulan
Manusia memang takut dengan hal-hal yang tidak mereka ketahui, tapi jangan sampai ketakutan ini menghalangi kita untuk mencari tau. Namun perlu diingat tidak semua yang kita temukan di internet adalah jujur, ada orang-orang yang memanfaatkan histeria massa untuk menyebar isu, atau hanya sekedar iseng memanfaatkan kesempatan. 

Dalam kasus ini, dapat kita tarik kesimpulan bahwa fenomena semacam ini memang nyata terjadi, baik karena gejala alam ataupun aktivitas manusia. Terlepas dari asli atau tidaknya video yang viral tersebut, yang jelas ini bukanlah suara sangkakala terakhir. 

Friday 28 October 2016

Fenomena UFO pada Karya Seni Abad Pertengahan

Telah kita ketahui bahwa para penganut teori Ancient Alien percaya dengan kunjungan alien pada masa lampau. Walaupun terdengar tidak masuk akal, tetapi teori ini mendapat perhatian yang cukup luas, apalagi setelah History Channel ikut membahas mereka dalam tayangan mereka. Menariknya, bagi mereka yang mendedikasikan diri untuk menemukan bukti tentang kunjungan alien di masa lampau sepertinya telah menemukan bukti yang tidak terbantahkan dalam berbagai karya seni pada abad pertengahan.

Postingan ini bukan untuk membahas masalah keagamaan, tetapi lebih sebagai bantahan atas isu-isu mengenai UFO yang beredar.

UFO, alien, dan karya seni Eropa abad pertengahan, disini kita bisa lihat bagaimana ke-kurangpengetahuan seseorang dapat membawanya dalam persepsi yang salah. Ya, jika kita melihat sesuatu secara tidak utuh, maka akan menuntun kita untuk mengambil kesimpulan yang salah.

Image result for visoki decani fresco
Gambar di atas adalah fresco tentang penyaliban Yesus yang dibuat pada abad ke-14, dapat dilihat di biara Visoki Decani di Kosovo. Adakah yang aneh? Coba lihat dua objek di sudut kiri dan kanan atas, kedua objek tersebut terlihat seperti seorang manusia yang mengendarai wahana angkasa. Kehebohan atas kedua objek ini dimulai sejak tahun 1960-an, dan sejak saat itu gambar fresco ini banyak dimuat di situs-situs UFO di dunia maya.
Image result for visoki decani frescoImage result for visoki decani fresco
Dalam pemikiran kita yang penuh imajinasi tentu saja tidak akan menyangkal bahwa gambar tersebut adalah manusia yang sedang mengendarai kendaraan terbang. Tapi pertanyaannya adalah, bagaimana mungkin orang di abad ke-14 mendapatkan pemikiran mengenai kendaraan terbang yang baru ditemukan di abad ke-20? Ataukah mereka diinspirasi oleh makhluk cerdas planet lain? Ternyata bukan, lalu objek apakah itu?

Kedua objek tersebut adalah simbol matahari dan bulan yang biasa ditemukan pada karya seni abad pertengahan, terutama pada lukisan penyaliban gaya Bizantium. Dalam karya seni abad pertengahan mengenai penyaliban Yesus, kita dapat menemukan simbol-simbol yang sama, walaupun tidak serupa. Seperti ini misalnya:
 Image result for penyaliban byzantineImage result for penyaliban byzantine
 Terlihat wajar bukan? Dengan ini kita nyatakan kasus ditutup.

Kasus kedua
Image result for ufo la tebaide

Objek berbentuk piring terbang yang berada di sebelah kanan bawah salib terlihat seperti terbang dengan kepulan asap di belakangnya. Mari kita lihat lukisan tersebut secara utuh.

 
Lukisan ini berjudul "Scene di vita emeritica" atau "La Tebaide" oleh Paulo Uccello. Lukisan ini menggambarkan kehidupan biara katolik abad pertengahan. Sedangkan lukisan dengan piring terbang di atas adalah hasil reproduksi dari lukisan ini, sehingga warna yang ditampilkan tidak akurat. Jika kita mengambil potongan yang sama dari lukisan asli, maka kita akan mendapat hasil seperti ini:



Sekarang apakah objek tersebut masih nampak seperti sebuah piring terbang? Saya rasa tidak, objek tersebut lebih mirip sebuah topi, lebih tepatnya topi kardinal. Dan lukisan tersebut menggambarkan St. Jerome yang sedang bersujud menghadap salib, yang mana lambang tersebut biasa menyertai lukisan St. Jerome yang menanggalkan jabatannya dalam gereja dan memilih untuk menjadi pertapa. Berikut contoh lainnya

Sudah jelas bukan bahwa objek tersebut bukanlah sebuah piring terbang seperti yang ramai diisukan.
Kita perlu berpikir kritis dalam menyikapi hal-hal yang berbau misteri. Terima kasih.

Thursday 27 October 2016

Misteri Chase Vault, Peti Mati yang Berpindah


Di Barbados, ada sebuah makam yang bernama Chase Vault. Makam ini tidak seperti makam biasa yang kita kenal. Bangunannya besar dan bisa memuat banyak peti mati di dalamnya. Namun, misterinya bukan disitu. Ada peristiwa aneh yang terjadi pada makam ini. Sepertinya, peti-peti mati yang ditaruh di dalamnya bisa berpindah dengan sendirinya.

Misteri ini dikenal dengan nama peti mati berpindah Barbados dan sudah menjadi subyek tulisan beberapa peneliti.
Sejarah
Kisahnya dimulai pada tahun 1724.
Pada tahun itu, seorang pria bernama James Elliot membangun sebuah makam bawah tanah yang besar. Pintu makam itu terbuat dari sebuah marmer besar yang berat dan dirancang dengan cara yang khusus. Saking beratnya batu itu, dibutuhkan sekitar 6-7 orang untuk menggesernya.
Ketika makam itu ditutup, celah pada marmer besar itu akan disemen sehingga tidak gampang untuk dibuka. Jika suatu hari pintu makam itu hendak dibuka kembali untuk menguburkan seseorang, maka semen tersebut harus dikikis kembali. Setelah proses pemakaman selesai, marmer itu digeser dan harus disemen kembali. Demikianlah makam itu dirancang sedemikian rupa.
Chase Vault

Bagian Dalam Chase Vault
Pada tahun 1808, makam itu dibeli oleh keluarga Chase, salah satu keluarga yang kaya raya dan disegani di Barbados. Karena perubahan kepemilikan itu, makam itu itu kemudian diberi nama Chase Vault yang artinya Makam keluarga Chase.

Thomas Chase, pemimpin keluarga Chase, adalah salah seorang yang paling dibenci di Barbados. Menurut salah satu catatan di people's almanac:

"Kepala keluarga itu adalah seseorang yang memiliki tabiat yang jahat, ia begitu kejam terhadap budak-budaknya sehingga mereka sering mengancam akan membunuhnya."  
Pada tanggal 22 Februari 1808, anak bungsu Thomas yang bernama Mary Ann Chase yang baru berusia 2 tahun meninggal dunia dan jenazahnya dibawa ke Chase Vault untuk dimakamkan. Pintu makam itu dibuka, Peti mati Mary Ann yang terbuat dari timah yang berat kemudian dibawa masuk ke dalamnya dan ditaruh disamping peti mati Mrs.Goddard. Pintu Chase Vault pun ditutup kembali dengan marmer besar itu dan disemen.

Setelah kematian Mary Ann, perlahan-lahan, Chase Vault mulai diisi oleh jenazah anggota keluarga Chase lainnya. Pada tanggal 6 Juli 1812, hanya 5 tahun setelah kematian Mary Ann, Anak Thomas lainnya yang bernama Dorcas Chase, juga meninggal. Beberapa orang mengatakan kalau Dorcas telah bunuh diri dengan cara mogok makan karena depresi dengan ayahnya. Mayat Dorcas dibawa ke Chase Vault dan peti matinya yang juga terbuat dari timah yang berat diletakkan di tempat itu bersama peti mati Mrs.Goddard dan Mary Ann. 
Awal Misteri
Hanya beberapa minggu setelah penguburan Dorcas, Mr.Thomas Chase, sang kepala keluarga, meninggal dunia karena bunuh diri. Mayatnya ditaruh ke dalam peti timah seberat 108 kilogram dan dibawa ke Chase Vault. Ketika pintu makam itu dibuka, para pengurus pemakaman kaget karena menemukan peti-peti mati yang sudah ada di dalamnya berada pada posisi yang tidak semestinya. Peti mati Mary Ann Chase telah bergeser ke sudut lainnya.

Anggota keluarga Chase yang melihat itu menjadi sangat marah dan mengira ada penjarah makam yang telah mengacaukan peti-peti mati itu. Namun, mereka tidak menemukan benda apapun yang hilang dari makam itu. Peti mati Mary Ann kemudian dikembalikan ke posisi semula dan pintu Chase Vault kembali ditutup.  
Misteri belum Berakhir
Pada tanggal 25 September 1816, empat tahun setelah pemakaman Thomas Chase, makam itu kembali dibuka. Kali ini untuk menampung jenazah Charles Brewster Ames yang berusia 11 tahun. Sekali lagi, mereka menemukan semua peti mati telah berpindah tempat, termasuk peti mati Thomas Chase yang sangat berat. Satu-satunya peti mati yang tidak berubah posisi hanyalah peti mati kayu milik Mrs.Goddard.

Petugas pemakaman kemudian memerintahkan agar peti-peti mati itu dikembalikan ke posisinya yang semula. Saking beratnya peti mati Thomas Chase, dibutuhkan delapan pria untuk memperbaiki posisinya. Pintu masuk Chase Vault kembali ditutup rapat. 
52 hari kemudian, tepatnya tanggal 17 November 1816, pintu Chase Vault kembali dibuka. Kali ini untuk menerima jenazah Samuel Brewster Ames. Sekali lagi, para pengurus pemakaman menemukan peti-peti mati di dalamnya telah berubah posisi. Dan sama seperti sebelumnya, peti mati kayu Mrs.Goddard adalah satu-satunya peti mati yang tidak berpindah tempat. Jadi, untuk ketiga kalinya mereka mengembalikan semua peti mati itu kembali ke posisinya yang semula.

Tiga tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 17 Juli 1819, makam itu kembali dibuka untuk menerima jenazah Thomasina Clark. Berbeda dengan peti mati sebelumnya, jenazah Clark ditaruh di dalam peti mati kayu. Ketika pintu makam dibuka, mereka kembali menemukan peti-peti mati di dalamnya berada dalam posisi yang berantakan.  
Segel Gubernur
Hal ini menarik perhatian gubernur Barbados kala itu, Lord Combermere. Sang Gubernur kemudian memerintahkan pemeriksaan secara menyeluruh terhadap makam itu. Namun tidak ditemukan satupun tanda-tanda perusakan ataupun jalan rahasia menuju makam itu. Jadi, peti-peti mati itu kembali disusun seperti semula.

Peti mati Mr.Goddard yang terbuat dari kayu telah mengalami lapuk yang luar biasa sehingga orang-orang mengikat peti itu dengan tali untuk mencegahnya lepas berantakan dan kemudian menaruhnya di sudut bersentuhan dengan dinding.Setelah itu, pasir ditaburi ke lantai makam untuk mendeteksi adanya jejak kaki. Lalu, pintu Chase Vault kembali ditutup. kali ini bukan hanya ditutup, Lord Combermere bahkan menyegel pintu makam itu dengan segel gubernur.

Tanggal 18 April 1820, delapan bulan setelah penguburan Thomasina Clark, Chase Vault kembali dibuka, bukan untuk menerima jenazah baru, melainkan untuk memenuhi permintaan Lord Combermere yang ingin tahu kondisi di dalam makam. Ketika pintu makam dibuka, Sekali lagi, semua peti mati di dalamnya telah berpindah posisi. Dan sama seperti sebelum-sebelumnya, peti mati kayu Mrs.Goddard adalah satu-satunya yang tidak berpindah.
Posisi Awal
Posisi Setelah Dibuka
Tidak terlihat adanya jejak kaki di pasir di lantai makam. Bagaimana peti-peti mati itu bisa berpindah? Mereka yang memeriksanya tidak menemukan tanda-tanda kalau ini adalah ulah tangan manusia. mereka juga tidak menemukan adanya sisa-sisa genangan air atau banjir yang mungkin bisa menggeser peti-peti mati itu. Beberapa orang mengajukan kemungkinan gempa bumi, tetapi dalam rentang waktu itu, tidak terjadi gempa bumi di Barbados.
Karena penyelidikan yang dilakukan tidak membawa hasil apapun, keluarga Chase memutuskan untuk tidak menggunakan makam itu lagi. Chase Vault kemudian diabaikan begitu saja dan peti-peti mati yang ada di dalamnya dipindahkan dan dikuburkan di tempat lain. Makam itu masih ada hingga sekarang dan dibiarkan kosong.
Penyelidikan Lanjutan
Kisah mengenai peti mati berpindah Barbados ini pertama kali dipublikasikan oleh Sir JE Alexander dalam bukunya yang berjudul "Transatlantic Sketches" yang terbit tahun 1833. Setelah itu, masih ada beberapa tulisan lagi yang menceritakan kisah mengenai misteri ini.

Pada Desember 1907, Andrew Lang, seorang peneliti kisah-kisah rakyat dari Inggris mencoba untuk meneliti kebenaran kisah ini. Ia menyusuri sejumlah dokumen yang berasal dari Barbados, termasuk catatan pemakaman dan surat kabar setempat.

Lang tidak bisa menemukan adanya berita mengenai fenomena ini di surat kabar ataupun catatan pemakaman pada waktu peristiwa ini disebut terjadi. Namun, ia menemukan ada satu catatan yang tidak dipublikasikan yang berasal dari Nathan Lucas yang mengaku menjadi saksi saat Chase Vault dibuka untuk terakhir kalinya pada tahun 1820. Lang, tidak bisa memberikan kesimpulan pasti.
Terkait dengan Freemason?
Usaha penelitian yang berikutnya datang dari penulis modern bernama Joe Nickell lewat bukunya "Barbados restless coffins laid to rest" yang terbit tahun 1982. Nickell percaya kalau peristiwa peti mati berpindah itu sama sekali tidak pernah terjadi. Menurutnya, kisah ini hanyalah sebuah Masonic Hoax. Maksudnya adalah, kisah ini hanya sebuah alegori yang berisi kisah mengenai ruang rahasia yang menurut teks Masonic merupakan misteri purba, simbol kematian dimana kebenaran Ilahi bisa ditemukan.

Nickell menghubungkan kisah peti mati berpindah dengan misteri harta karun pulau Oak yang juga dipercaya sebagai Masonic Hoax lainnya. Sama seperti Alegori Masonic lainnya, kisah ini dipercaya hanya dibuat oleh para Mason sebagai sebuah kisah simbolis yang tidak pernah terjadi di dunia nyata dan hanya ditujukan sebagai pengajaran bagi para anggota Freemason lainnya.

Nickell juga mengutip bukti yang berasal dari perkataan Lucas:

"Aku sudah memeriksa seluruh dindingnya, lengkungannya dan setiap bagian dari Chase Vault dan menemukan kalau setiap bagian telah berusia tua dan mirip; dan seorang Tukang batu (Mason) di dekatku memukul setiap bagian bawah makam itu dengan palunya, dan ternyata semuanya padat."

Salah satu kutipan mengenai suara palu ini bisa ditemukan di Macoy's Illustrated History and Encyclopedia of Freemasonry dimana dikatakan kalau para Mason menghormati dentuman suara palu sang Master yang melambangkan otoritas.Masih menurut Nickell, Penggunaan kata "Mason" untuk menyebut tukang batu oleh Lucas cukup menarik. Nickell menduga kalau Lucas sendiri adalah seorang Mason yang berpartisipasi dalam pembuatan alegori itu.

Nickell juga percaya kalau para Mason ternama lainnya ikut berpartisipasi dalam kisah alegori ini dan membantu menutup-nutupinya, seperti Sir Arthur Conan Doyle yang pernah membahas soal Chase Vault pada artikel tahun 1919 di surat kabar "The Strand". Dalam artikel itu, Doyle menggunakan kata "Effluvia" yang berarti kuburan.Kata itu, umumnya hanya dimengerti oleh para Mason.  
Kesimpulan
Teori Nickell dianggap sebagai penjelasan yang paling masuk akal mengenai misteri ini. Namun, luar biasanya, walaupun kisah ini dianggap sebagai hoax, misteri serupa disebut pernah terjadi di makam di Stanton, Suffolk, dan di pemakaman Lutherian di pulau kecil Oesel di laut Baltik. Kedua misteri tersebut sama-sama terjadi pada abad ke-19 dan sama-sama belum terpecahkan. 
  

Wednesday 26 October 2016

Kain Kafan Turin, Saksi Sejarah ataukah Rekayasa Belaka


Image result for kain kafan turin
Kain Kafan Kudus, yang dalam bahasa Italia biasa disebut “La Santa Sindone” (Kafan Kudus), adalah sehelai kain linen berukuran kurang lebih 4,36 x 1,10 meter; pada kain kafan terlihat gambar, baik bagian depan maupun bagian belakang, dari seorang laki-laki yang wafat setelah mengalami serangkaian aniaya dengan didera, dimahkotai duri, dipakukan pada salib, dan lambungnya ditikam dengan tombak. Kain ini diyakini sebagai kain yang dipergunakan Yusuf dari Arimatea untuk membungkus tubuh Yesus Kristus (Matius 27:59).

Sejarah penemuan
Dalam hal ini perlu kita ingat dua peristiwa penting. Pertama: kota Yerusalem dihancurkan oleh balatentara Roma pada tahun 70 Masehi; semua penduduknya melarikan diri, termasuk Gereja awali. Kedua: peristiwa yang sama dan bahkan terlebih dahsyat terjadi pada tahun 132. Seluruh Palestina dihancurkan; sebagian besar penduduknya dibunuh sementara sebagian lainnya berhasil melarikan diri dan dilarang kembali ke kampung halaman mereka. Sepanjang kejadian ini, Kain Kafan dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain dan akhirnya dilarikan ke luar Palestina.


Pada abad kedua, di kota Edessa, Turki selatan, didapati suatu gambar khusus di atas kain yang diyakini sebagai Wajah Yesus.


Pada tahun 525, sewaktu diadakan renovasi Gereja Santa Sofia di Edessa, ditemukan kembali gambar “Wajah Yesus” di atas kain yang disebut Mandilion (sapu tangan); gambar Wajah Yesus diyakini sebagai acheropita (tidak dibuat oleh tangan manusia). Wajah Kudus Edessa dijadikan model untuk ratusan gambar Yesus pada masa itu.


Pada tanggal 16 Agustus 944, Mandilion dibawa dengan perarakan meriah ke kota Konstantinopel. Setelah Mandilion dibuka untuk perbaikan bingkainya, ternyata kain didapati lebih besar dari yang nampak. Ternyata, kain itu dilipat delapan kali, dan gambar yang terdapat pada kain bukan hanya gambar Wajah Yesus, melainkan seluruh tubuh-Nya, bagian depan dan belakang. Sejak tahun 1578, Kain Kafan disimpan di Kapel Kerajaan di Katedral Santo Yohanes Pembaptis di kota Turin (Torino), Italia. 

Apa saja yang ditemukan para ilmuwan?
Pada Kain Kafan para ahli mendapati noda-noda darah dan serum yang tidak bisa dibuat manusia. Darah adalah darah yang membeku di atas kulit seorang yang terluka, dan yang kemudian mencair kembali karena bersentuhan dengan kain lembab. Darah dari golongan AB. Warna darah adalah merah kendati darah telah mengering, hal mana disebabkan karena Manusia Kain Kafan mati dalam penyiksaan yang hebat.

Darah Manusia Kain Kafan sama dengan darah pada Kain Peluh yang disimpan di Oviedo (Spanyol), yakni kain berukuran kurang lebih 83 x 52 cm dengan noda-noda darah sama seperti pada Kain Kafan. Menurut tradisi, Kain Peluh Oviedo yang biasa disebut Sagrado Rostro atau Wajah Kudus ini datang ke Spanyol dalam sebuah peti melalui Afrika Utara. Darah pada Sagrado Rostro memiliki golongan darah dan profil genetik yang sama dengan yang didapati pada Kain Kafan dan sama juga dengan darah pada Mukjizat Lanciano.

Gambar pada Kain Kafan merupakan foto negatif. Gambar hanya pada permukaan kain, tridimesional dan stabil secara ilmiah. Gambar didapati stabil juga dalam air, tanpa pigmen, tanpa arah, dan tidak terjadi karena tubuh bersentuhan dengan kain. Jadi, didapati juga gambar di tempat-tempat di mana kain tidak bersentuhan dengan tubuh. Hitam-putihnya gambar tergantung dari jarak dekat-jauh antara tubuh dan kain. Para ahli menyimpulkan bahwa gambar terjadi karena suatu radiasi cahaya dari tubuh itu sendiri.
Banyak ilmuwan berusaha membuat gambar yang sama seperti pada Kain kafan, bertolak dari kemungkinan bahwa Kain kafan adalah palsu atau sekedar lukisan. Dilakukan eksperimen vaporograi, kontak, atau dengan strinatura, namun tak satu eksperimen pun berhasil membuat gambar sama seperti gambar pada Kain Kafan.


Eksperimen serupa dilakukan Dr Sebastianus Rodante dengan menyemprotkan cairan kering dan darah pada wajah mayat, lalu ditutup dengan kain yang sudah dibasahi dengan cairan mur dan aloe. Gambar terjadi setelah kontak selama 36 jam. Tetapi, gas amoniak yang keluar dari mulut mayat, akibat proses pembusukan, merusakkan hasilnya. Gas amonia menyebar ke segala arah, bukan hanya vertikal seperti terjadi pada Kain kafan. Sementara pada Kain Kafan sama sekali tidak didapati adanya tanda-tanda terjadinya pembusukan.


Jadi, gambar bukan hasil alat-alat artifisial. Bukan lukisan dan bukan cetakan; sama sekali tidak didapati adanya pigmen. Bukan hasil vaporografi, yakni proses dimana campuran rempah-rempah, gaharu, serta minyak menimbulkan reaksi dengan amonia yang dikeluarkan tubuh sehingga membentuk suatu gambar pada kain. Bukan juga hasil strinatura, yakni kain ditempelkan pada patung panas, sebab gambar hasil strinatura tembus pada kain, condong hilang dan pantulan cahayanya berbeda dengan yang ada pada Kain kafan.
 
Rekayasa atau bukan?
Pada Abad Pertengahan sama sekali tidak ada pengetahuan tentang pencambukan dan penyaliban, sebab hukuman itu sudah tidak dipakai lagi sejak akhir abad pertama. Seandainya Kain Kafan adalah hasil pemalsuan dari abad pertengahan, si pemalsu tentunya tidak membuat sesuatu yang bertentangan dengan ikonografi pada masa itu, yakni: mahkota duri seperti helm, memikul patibulum (palang, dan bukan salib), paku pada pergelangan tangan, telanjang total dan tanpa kayu penahan kaki. Mestinya juga ia memperhatikan adat pemakaman orang Yahudi pada masa Kristus.

Si pemalsu haruslah memakai mikroskop untuk menambah beberapa elemen yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang, seperti sari bunga, serum, rempah-rempah, aragonit; padahal mikroskop baru ditemukan pada akhir abad keenambelas. Ia juga harus mengenal alat foto, padahal alat foto baru ditemukan pada abad kesembilanbelas. Ia harus mengenal pula dua jenis aliran darah, vena dan arteri, yang baru dikenal pada tahun 1593, dan menodai Kain Kafan dengan dua jenis aliran darah tersebut tepat pada tempatnya. Lagi, seandainya si pemalsu memiliki segala teknologi yang disebutkan di atas, ia seharusnya juga memiliki kecakapan serta alat-alat yang diperlukan untuk membuat gambar seperti Kain Kafan. Dan si pemalsu itu, yang luar biasa jeniusnya, tidak meninggalkan bekas, atau catatan, atau sesuatu yang di kemudian hari dapat dideteksi menggunakan alat-alat canggih seperti sekarang ini.

Yang pasti adalah bahwa Kain Kafan telah dipergunakan untuk membungkus jenasah. Itu berarti, jika Kain Kafan itu hasil rekayasa, maka si pemalsu adalah seorang pembunuh. Dalam kasus ini, tingkat kesulitan akan lebih tinggi. Pikirkan:
si pemalsu memakai seorang yang bentuk wajahnya sangat mirip dengan semua ikon “Wajah Kudus” yang beredar sebelumnya. Ia harus menyiksa korbannya begitu rupa demi mendapatkan luka-luka sesuai dengan ikon-ikon yang beredar. Ia harus menikam lambung korbannya dengan tombak Romawi dan membubuhkan darah dan serum. Ia harus membungkus jenasah korbannya selama kurang lebih 35 jam, tanpa membiarkannya mengalami pembusukan; hal mana sangat sulit, sebab tubuh orang yang mati karena penyiksaan akan lebih cepat membusuk. Dan akhirnya, ia harus “mengeluarkan” jenasah dari Kain Kafan tanpa mengakibatkan pergeseran dan merusak bekuan darah. Untuk ukuran saat ini saja, abad teknologi yang serba canggih, sangat sulit melakukan hal-hal seperti di atas, apalagi pada Abad Pertengahan.

Kain kafan berasal dari palestina
Ada beberapa alasan yang menyebabkan para ahli menarik kesimpulan bahwa Kain Kafan berasal dari daerah Palestina:  
  • Cara kerja pembuatannya agak kasar: benang diputar arah Z (searah jarum jam); tenunannya 3 a 1, adanya bekas-bekas katun Mesir yang sangat kuno; tidak didapati serat binatang (wol), sesuai ketetapan hukum Yahudi yang tidak memperbolehkan mencampur benang alami dengan benang wol.
  • Didapati banyak sekali jenis sari bunga yang berasal dari Timur Tengah, di antaranya aloe (gaharu) dan mur.
  • Didapati adanya aragonit, yaitu sejenis kalsium yang banyak ditemukan di gua-gua sekitar Yerusalem. 
  • Didapati adanya bekas gambar mata uang yang diedarkan oleh Ponsius Pilatus pada tahun 29 M pada mata kanan dan kiri Manusia Kain Kafan. 
Bukti-bukti
Terdapat banyak kecocokan sempurna antara kisah Injil Sengsara dengan apa yang ditemukan pada Kain Kafan: 
  1. Penderaan tersendiri, terlalu banyak deraan sebagai pendahuluan penyaliban  
  2. Mahkota duri, hal yang tak lazim 
  3. Memikul patibulum 
  4. Dipaku, bukan diikatkan, pada salib 
  5. Luka pada lambungnya dan keluarnya darah dan serum 
  6. Kakinya tidak dipatahkan 
  7. Jenasahnya tidak dimandikan sebelum dimakamkan 
  8. Jenasahnya dibungkus dengan Kain Kafan baru yang mahal, bukan dibuang dalam  lubang umum sebagaimana lazimnya  
  9. Tubuhnya tidak lama tinggal dalam Kain Kafan 
Mustahil ada orang lain yang mengalami hal-hal yang persis sama dengan yang dialami Yesus. 
Wajah Manusia Kain Kafan

Mari kita lihat satu-persatu dengan lebih seksama kesamaan antara sengsara Manusia Kain Kafan dan sengsara Yesus Kristus:

Penderaan
Berkat penelitian dan peralatan canggih dapat direkonstruksi bagaimana penderaan yang diderita Manusia Kain Kafan:
Hasil rekonstruksi sesuai data kain kafan
  • Manusia Kain Kafan menanggung lebih dari 120 deraan, sementara hukum Yahudi memperbolehkan hanya 40 dikurangi satu deraan. Berarti hukuman dilakukan menurut hukum Romawi yang tidak membatasi jumlah deraan.  
  • Setiap deraan dilakukan secara sistematis, bukan sembarangan, berarti dilakukan oleh orang-orang yang profesional.
  • Cambuk yang digunakan dilengkapi dengan dua bulatan timah atau tulang pada ujungnya. 
  • Manusia Kain Kafan didera dalam keadaan telanjang, kelihatan bekasnya di mana-mana di sekujur tubuh, dalam posisi terikat dan membungkuk. Ia didera sebelum memikul salib, berarti hukuman penderaan merupakan hukuman tersendiri. Barulah kemudian ia memikul palang salib (patibulum) seperti terlihat dari luka-luka memar pada pundaknya di atas luka cambuk.  
Mahkota duri
Terdapat banyak luka tusukan akibat mahkota duri pada kepala Manusia Kain Kafan. Mahkota ini bukan terdiri dari satu atau dua lingkaran, melainkan lebih merupakan suatu mahkota berbentuk helm yang menutup seluruh kepala. Mahkota duri seperti tampak pada gambar atau patung yang banyak beredar sekarang adalah hasil devosi dan gaya lukis artis Eropa abad pertengahan.


Kepala, baik `kiri maupun kanan' menderita lebih dari 50 tusukan duri. Duri-duri itu menembusi juga beberapa pembuluh darah, vena dan arteri, seperti terlihat dari jenis darah yang membasahi seluruh kepala Manusia Kain Kafan. Ada dua noda darah akibat tusukan duri yang perlu kita beri perhatian secara khusus: Pertama, darah berbentuk angka tiga yang mengalir dari dahi Manusia Kain Kafan. Darah itu adalah jenis darah vena yang memancar dari pembuluh vena di dahi; berbentuk demikian sebab terhalang oleh kerut dahi akibat menahan rasa sakit karena tusukan duri. Yang Kedua adalah darah yang mengalir di bagian kanan atas kepala Manusia Kain Kafan. Darah itu memancar dari pembuluh arteri, dan karena tekanan yang kuat, maka mengalir lebih jauh.


Permasalahannya adalah: adanya dua jenis tekanan darah pada manusia, yakni vena dan arteri, baru ditemukan pada tahun 1595 oleh Andrea Cesalpino. Seandainya Kain Kafan adalah hasil rekayasa manusia abad ke-13, bagaimana mungkin si pemalsu bisa menempatkan kedua jenis darah itu tepat pada tempatnya, padahal ia tidak mengenal tekanan darah vena dan arteri.

Patibulum
Yesus Memanggul SalibPatibulum adalah kayu palang yang beratnya berkisar antara 50-60 kg dan panjangnya sekitar 1,5 meter dengan lubang di tengahnya. Si terhukum dipaksa untuk membawa sendiri patibulum-nya ke tempat pelaksanaan hukuman mati. Tempat eksekusi biasanya sangat strategis agar mudah ditonton orang yang lewat. Di tempat ini telah dipancang tiang vertikal (stipes), yang ujungnya dibuat lebih kecil sehingga patibulum mudah dimasukkan padanya. 
Kedua tangan si terhukum diikat terentang pada patibulum yang diletakkan pada bahunya. Tali dililitkan pada tangan kanan membelit lengan, melingkari dada, lalu membelit lengan kiri, mengikat tangan kiri; ujung tali diikat pada pergelangan kaki kiri, sehingga ia terpaksa berjalan membungkuk, tidak bebas dan menimbulkan tertawaan khalayak ramai yang menyaksikannya.
Sebagian besar lukisan Yesus memikul salib menggambarkan salib yang lengkap, dengan tiang dan palang. Lukisan macam itu merupakan hasil devosi dan bukan berdasarkan pengetahuan ilmiah. Dari penelitian cermat atas Kain Kafan, terlihat dua luka memar pada punggung Manusia Kain Kafan; yang kiri lebih rendah dari yang kanan. Seandainya ia memikul seluruh salib, luka akan terjadi di bagian atas bahu, dan bukan pada punggung. Mengingat si terhukum harus berjalan ke tempat eksekusi, maka bisa dipastikan bahwa kedua luka memar adalah akibat gesekan punggung dengan kayu patibulum. 

Luka pada lutut
Dalam perjalanan menuju tempat eksekusi, Kalvari, apabila pesakitan yang hendak disalibkan lebih dari satu orang, maka mereka akan diikatkan satu dengan yang lain agar tak dapat melarikan diri. Manusia Kain Kafan berjalan tertatih-tatih, sebab ia telah begitu lemah akibat penderaan, pemahkotaan duri, serta segala perlakuan kasar dan brutal yang dideritanya seperti terlihat jelas dalam Kain Kafan. Ditambah lagi, posisinya berada di urutan paling belakang dalam iring-iringan ketiga orang yang dijatuhi hukuman mati, membuat ia rentan jatuh berkali-kali dengan lutut dan wajahnya menghantam batu jalanan yang keras. Pada Kain Kafan ditemukan banyak “tanah lumpur” pada lutut, hidung dan tumit, jelas akibat benturan dengan batu jalanan.  

Wajah
Wajah Manusia Kain Kafan merupakan bagian tubuh yang paling dahsyat mengalami kerusakan. Tetapi wajah itu tetap memancarkan cahaya keagungan; sedih namun tetap tenang. Bukan seperti wajah orang yang telah mengalami sekian banyak penyiksaan.  
Pada wajah Manusia Kain Kafan nampak sangat jelas akibat dari bermacam-macam siksaan, di antaranya: 
  1. Dipukul dengan tongkat kayu; lihat pipi kanan dan hidung.
  2. Mata kiri tertutup darah; darah juga terdapat pada mata kanan. 
  3. Memar pada tulang pipi.
  4. Darah memancar dari hidung.
  5. Memar pada kelopak mata kiri dan kanan.
  6. Darah memancar dari bawah bibir atas
Luka pada tangan dan kaki
Manusia Kain Kafan memperlihatkan tangan yang bersilang, tangan kiri di atas tangan kanan, sehingga kita bisa melihat luka paku hanya pada tangan kiri. Dari luka ini para ahli berkesimpulan bahwa paku menembusi pergelangan tangan di tempat yang disebut Destot. Dari luka pada pergelangan tangan ini terpancar tiga aliran darah: dua aliran langsung ke pinggir dan jatuh ke tanah, sementara satu aliran sampai ke siku.
Arah aliran darah yang berbeda ini bisa dijelaskan sebagai berikut: Manusia Kain Kafan dipaku tangannya dalam posisi berbaring di tanah pada patibulum, kemudian diangkat ke atas stipes (tiang) sehingga posisi tangan berubah dari horisontal menjadi vertikal. Tangan kanan terlihat lebih tersiksa dari tangan kiri. Punggung tangan kelihatan rusak akibat gesekan dengan kayu. Pada tangannya tidak terlihat ibujari sebab ibujari tertekuk ke dalam akibat tarikan paku di pergelangan tangan.


Kaki kiri Manusia Kain Kafan tampak lebih pendek dari kaki kanan. Hal ini disebabkan kaki kiri ditempatkan di atas kaki kanan dalam penyaliban. Karena Manusia Kain Kafan menjadi kaku setelah kematiannya, maka kaki kiri tetap kelihatan lebih pendek.

Sakrat maut dan wafat di salib
Biasanya orang yang disalibkan mati setelah mengalami sakrat maut yang panjang.  Origenes, seorang penulis theologia mengatakan bahwa orang yang disalibkan bertahan “satu malam dan hari berikutnya.” Tetapi Yesus bertahan cuma beberapa jam saja. Apakah yang mengakibatkan-Nya wafat begitu cepat?

Beberapa hipotesa:
  1. Asfissia: Manusia Kain Kafan tak dapat bernafas dalam posisi tergantung di atas salib seperti itu sehingga mengalami kejang otot dan akhirnya mati.
  2. Kolaps ortostatik: yaitu tensi tiba-tiba turun, mengakibatkan kondisi tak sadar hingga koma dan mati.
  3. Emotoraks: karena benturan keras pada dada (akibat jatuh) maka terjadi pendarahan pada paru-paru. Darah yang keluar dari luka-luka dalam itu terkumpul dalam pleura (kantung pembungkus paru-paru). Akibat terlalu banyak darah yang terkumpul di sana, Manusia Kafan tak dapat bernafas dan akhirnya mati. 
  4. Jantung pecah: sekarang sebagian besar para ahli yang mempelajari fenomena kematian Manusia Kain Kafan, dengan mempertimbangkan sebab-sebab intern dan ekstern Manusia Kain Kafan selama sengsara, berkesimpulan bahwa kematian terjadi akibat jantung pecah diikuti pendarahan cukup besar pada emoperikardium, yaitu kantong elastis yang membungkus jantung. 
Mereka mengajukan bukti-bukti sebagai berikut:
1. seruan nyaring yang keluar dari tenggorokannya sebelum wafat, “Lalu berserulah Yesus dengan suara nyaring dan menyerahkan nyawa-Nya” (Markus 15:37)
2. kematian-Nya yang cepat mengherankan Pilatus: “Pilatus heran waktu mendengar bahwa Yesus sudah mati. Maka ia memanggil kepala pasukan dan bertanya kepadanya apakah Yesus sudah mati” (Markus 15:44)
3. noda darah dan air dari luka lambung.
4. “segera mengalir keluar darah dan air” (Yohanes 19:34); banyaknya darah dan air yang menyembur dari luka merupakan suatu hal yang aneh bagi orang yang sudah mati dan sudah kehilangan banyak darah.
Penjelasan Lanjut mengenai teori ini:
    Orang yang mati karena jantung pecah diikuti emoperikardium akan berseru kesakitan sebelum mati; perikardiumnya dipenuhi darah hingga lebih dari satu liter. Jika orang yang mati demikian dibiarkan selama satu setengah atau dua jam dalam posisi vertikal, maka darah dalam perikardium akan terpisah menjadi dua bagian: yang merah di bagian bawah dan yang putih / kuning di bagian atas. Jika perikardium ditusuk, maka akan segera menyembur keluarlah isinya: darah dan air, yang dilihat oleh Yohanes.
Luka pada lambung
Pada lambung kanan kita melihat sebuah luka terbuka; luka itu ternganga, artinya luka terjadi setelah orangnya mati. Luka itu panjangnya 4,5 cm, lebarnya 1,5 cm, dan dalamnya diperkirakan 5 atau 6 cm. Luka terjadi karena tombak, yang membuat luka itu masuk dari bawah ke atas dan menembusi perikardium sehingga “darah dan air” tersembur keluar. Semua yang dialami Manusia Kain Kafan, seperti tergambar pada Kain Kafan, kelihatan cocok sempurna dengan apa yang dialami Yesus seperti dicatat dalam Injil.
Penemuan baru?
Dr John Jackson dan Eric Jumper menemukan bahwa gambar Kain Kafan merupakan foto tiga dimensi. Di samping itu, mereka menegaskan beberapa hal berikut:  
  1. Gambar terjadi karena “bulu” Kain Kafan berubah warna. Di mana gambar lebih hitam, di situ didapati lebih banyak bulu berubah warna. Perubahan warna terjadi karena bulu mengalami dehidrasi (kehilangan air).
  2. Gambar adalah proyeksi vertikal pada meja horizontal.
  3. Tidak ada gambar kiri-kanan, sedangkan ada noda darah samping
  4. Di bawah noda darah tidak didapati gambar. Artinya: darah melekat terlebih dahulu, sehingga menghalangi gambar terjadi di bawahnya.  
Masih misteri?
Pada Kain Kafan tidak didapati adanya tanda-tanda pembusukan, berarti Manusia Kain Kafan hanya tinggal dalam Kain Kafan sekitar 30-36 jam. Tidak didapati tanda-tanda adanya pergeseran tubuh dalam Kain Kafan; tubuh seperti lenyap begitu saja dari Kain Kafan. Gambar terjadi karena suatu pancaran cahaya. Sebagian orang mengaitkan pancaran cahaya ini dengan peristiwa kebangkitan. Yang belum diketahui adalah mekanisme fisik-kimia yang menyebabkan terjadinya gambar, yakni pancaran sinar yang tidak menembus kain, yang semakin berkurang apabila semakin jauh dari sumber.
  
Catatan Khusus
  • Manusia Kain Kafan dimakamkan secara layak dan pantas, sesuatu yang tak lazim bagi seorang yang dihukum mati disalib.  
  • Manusia Kain Kafan tidak dimandikan. 
  • Hanya orang kaya atau terpandang saja yang dapat menghadap penguasa meminta jenasah orang yang dihukum mati. Itulah Yusuf dari Arimatea yang berani menghadap Pilatus, meminta jenasah Yesus, dan memakamkan-Nya secara pantas. 
  • Manusia Kain Kafan tinggal hanya beberapa jam saja dalam makam, antara duapuluh sampai tigapuluh jam. Lebih lama dari tenggang waktu itu, pastilah jenasahnya sudah mulai mengalami proses pembusukan, sementara tidak didapati tanda-tanda pembusukan pada Kain Kafan. 
  • Jenasah terpisah dari Kain Kafan secara istimewa atau luar biasa, sebab Kain Kafan pastilah melekat pada seluruh tubuh orang yang dibungkusnya, namun demikian tidak didapati adanya tanda-tanda jenasah dikeluarkan atau digeser pada Kain Kafan. 
  • Kain Kafan disimpan orang kendati berlumuran darah. Hal ini secara historis tak dapat dimengerti, sebab bagi orang Yahudi, menyentuh makam atau benda-benda dalam makam menajiskan orang. Di samping itu, mengambil barang dari makam, selain menajiskan, juga diancam hukuman mati. Pastilah ada suatu alasan yang sungguh luar biasa, sehingga orang menyimpan Kain Kafan.  
     
Kesimpulan
Secondo Pia, fotografer yang pertama kali memotret Kain Kafan, membangkitkan amat banyak reaksi, terutama di kalangan para ilmuwan. Para ahli ini telah mendekati Kain Kafan terdorong keinginan untuk menyingkapkan misterinya. Dan justru pada abad teknologi ini, tersedianya peralatan-peralatan paling canggih memungkinkan manusia datang mempelajari misteri Kain Kafan dengan terlebih cermat dan seksama. Puluhan sektor ilmu pengetahuan telah mempelajari Kain Kafan. Anehnya, semakin dipelajari dan diselidiki oleh semakin banyak orang dengan berbagai ragam bentuk metode yang dilakukan dalam upaya untuk menyangkalnya, semakin terbuktilah kesesuaiannya dengan apa yang dicatat dalam Kitab Suci.
Banyak ilmuwan dari berbagai aliran kepercayaan dan ilmu pengetahuan yang telah mendekati Kain Kafan lebih sebagai peninggalan sejarah daripada reliqui, dan mempelajarinya dengan berbagai metode dan teknik yang berbeda, telah menyatakan bahwa Kain Kafan adalah asli.