Wednesday 26 October 2016

Kain Kafan Turin, Saksi Sejarah ataukah Rekayasa Belaka


Image result for kain kafan turin
Kain Kafan Kudus, yang dalam bahasa Italia biasa disebut “La Santa Sindone” (Kafan Kudus), adalah sehelai kain linen berukuran kurang lebih 4,36 x 1,10 meter; pada kain kafan terlihat gambar, baik bagian depan maupun bagian belakang, dari seorang laki-laki yang wafat setelah mengalami serangkaian aniaya dengan didera, dimahkotai duri, dipakukan pada salib, dan lambungnya ditikam dengan tombak. Kain ini diyakini sebagai kain yang dipergunakan Yusuf dari Arimatea untuk membungkus tubuh Yesus Kristus (Matius 27:59).

Sejarah penemuan
Dalam hal ini perlu kita ingat dua peristiwa penting. Pertama: kota Yerusalem dihancurkan oleh balatentara Roma pada tahun 70 Masehi; semua penduduknya melarikan diri, termasuk Gereja awali. Kedua: peristiwa yang sama dan bahkan terlebih dahsyat terjadi pada tahun 132. Seluruh Palestina dihancurkan; sebagian besar penduduknya dibunuh sementara sebagian lainnya berhasil melarikan diri dan dilarang kembali ke kampung halaman mereka. Sepanjang kejadian ini, Kain Kafan dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain dan akhirnya dilarikan ke luar Palestina.


Pada abad kedua, di kota Edessa, Turki selatan, didapati suatu gambar khusus di atas kain yang diyakini sebagai Wajah Yesus.


Pada tahun 525, sewaktu diadakan renovasi Gereja Santa Sofia di Edessa, ditemukan kembali gambar “Wajah Yesus” di atas kain yang disebut Mandilion (sapu tangan); gambar Wajah Yesus diyakini sebagai acheropita (tidak dibuat oleh tangan manusia). Wajah Kudus Edessa dijadikan model untuk ratusan gambar Yesus pada masa itu.


Pada tanggal 16 Agustus 944, Mandilion dibawa dengan perarakan meriah ke kota Konstantinopel. Setelah Mandilion dibuka untuk perbaikan bingkainya, ternyata kain didapati lebih besar dari yang nampak. Ternyata, kain itu dilipat delapan kali, dan gambar yang terdapat pada kain bukan hanya gambar Wajah Yesus, melainkan seluruh tubuh-Nya, bagian depan dan belakang. Sejak tahun 1578, Kain Kafan disimpan di Kapel Kerajaan di Katedral Santo Yohanes Pembaptis di kota Turin (Torino), Italia. 

Apa saja yang ditemukan para ilmuwan?
Pada Kain Kafan para ahli mendapati noda-noda darah dan serum yang tidak bisa dibuat manusia. Darah adalah darah yang membeku di atas kulit seorang yang terluka, dan yang kemudian mencair kembali karena bersentuhan dengan kain lembab. Darah dari golongan AB. Warna darah adalah merah kendati darah telah mengering, hal mana disebabkan karena Manusia Kain Kafan mati dalam penyiksaan yang hebat.

Darah Manusia Kain Kafan sama dengan darah pada Kain Peluh yang disimpan di Oviedo (Spanyol), yakni kain berukuran kurang lebih 83 x 52 cm dengan noda-noda darah sama seperti pada Kain Kafan. Menurut tradisi, Kain Peluh Oviedo yang biasa disebut Sagrado Rostro atau Wajah Kudus ini datang ke Spanyol dalam sebuah peti melalui Afrika Utara. Darah pada Sagrado Rostro memiliki golongan darah dan profil genetik yang sama dengan yang didapati pada Kain Kafan dan sama juga dengan darah pada Mukjizat Lanciano.

Gambar pada Kain Kafan merupakan foto negatif. Gambar hanya pada permukaan kain, tridimesional dan stabil secara ilmiah. Gambar didapati stabil juga dalam air, tanpa pigmen, tanpa arah, dan tidak terjadi karena tubuh bersentuhan dengan kain. Jadi, didapati juga gambar di tempat-tempat di mana kain tidak bersentuhan dengan tubuh. Hitam-putihnya gambar tergantung dari jarak dekat-jauh antara tubuh dan kain. Para ahli menyimpulkan bahwa gambar terjadi karena suatu radiasi cahaya dari tubuh itu sendiri.
Banyak ilmuwan berusaha membuat gambar yang sama seperti pada Kain kafan, bertolak dari kemungkinan bahwa Kain kafan adalah palsu atau sekedar lukisan. Dilakukan eksperimen vaporograi, kontak, atau dengan strinatura, namun tak satu eksperimen pun berhasil membuat gambar sama seperti gambar pada Kain Kafan.


Eksperimen serupa dilakukan Dr Sebastianus Rodante dengan menyemprotkan cairan kering dan darah pada wajah mayat, lalu ditutup dengan kain yang sudah dibasahi dengan cairan mur dan aloe. Gambar terjadi setelah kontak selama 36 jam. Tetapi, gas amoniak yang keluar dari mulut mayat, akibat proses pembusukan, merusakkan hasilnya. Gas amonia menyebar ke segala arah, bukan hanya vertikal seperti terjadi pada Kain kafan. Sementara pada Kain Kafan sama sekali tidak didapati adanya tanda-tanda terjadinya pembusukan.


Jadi, gambar bukan hasil alat-alat artifisial. Bukan lukisan dan bukan cetakan; sama sekali tidak didapati adanya pigmen. Bukan hasil vaporografi, yakni proses dimana campuran rempah-rempah, gaharu, serta minyak menimbulkan reaksi dengan amonia yang dikeluarkan tubuh sehingga membentuk suatu gambar pada kain. Bukan juga hasil strinatura, yakni kain ditempelkan pada patung panas, sebab gambar hasil strinatura tembus pada kain, condong hilang dan pantulan cahayanya berbeda dengan yang ada pada Kain kafan.
 
Rekayasa atau bukan?
Pada Abad Pertengahan sama sekali tidak ada pengetahuan tentang pencambukan dan penyaliban, sebab hukuman itu sudah tidak dipakai lagi sejak akhir abad pertama. Seandainya Kain Kafan adalah hasil pemalsuan dari abad pertengahan, si pemalsu tentunya tidak membuat sesuatu yang bertentangan dengan ikonografi pada masa itu, yakni: mahkota duri seperti helm, memikul patibulum (palang, dan bukan salib), paku pada pergelangan tangan, telanjang total dan tanpa kayu penahan kaki. Mestinya juga ia memperhatikan adat pemakaman orang Yahudi pada masa Kristus.

Si pemalsu haruslah memakai mikroskop untuk menambah beberapa elemen yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang, seperti sari bunga, serum, rempah-rempah, aragonit; padahal mikroskop baru ditemukan pada akhir abad keenambelas. Ia juga harus mengenal alat foto, padahal alat foto baru ditemukan pada abad kesembilanbelas. Ia harus mengenal pula dua jenis aliran darah, vena dan arteri, yang baru dikenal pada tahun 1593, dan menodai Kain Kafan dengan dua jenis aliran darah tersebut tepat pada tempatnya. Lagi, seandainya si pemalsu memiliki segala teknologi yang disebutkan di atas, ia seharusnya juga memiliki kecakapan serta alat-alat yang diperlukan untuk membuat gambar seperti Kain Kafan. Dan si pemalsu itu, yang luar biasa jeniusnya, tidak meninggalkan bekas, atau catatan, atau sesuatu yang di kemudian hari dapat dideteksi menggunakan alat-alat canggih seperti sekarang ini.

Yang pasti adalah bahwa Kain Kafan telah dipergunakan untuk membungkus jenasah. Itu berarti, jika Kain Kafan itu hasil rekayasa, maka si pemalsu adalah seorang pembunuh. Dalam kasus ini, tingkat kesulitan akan lebih tinggi. Pikirkan:
si pemalsu memakai seorang yang bentuk wajahnya sangat mirip dengan semua ikon “Wajah Kudus” yang beredar sebelumnya. Ia harus menyiksa korbannya begitu rupa demi mendapatkan luka-luka sesuai dengan ikon-ikon yang beredar. Ia harus menikam lambung korbannya dengan tombak Romawi dan membubuhkan darah dan serum. Ia harus membungkus jenasah korbannya selama kurang lebih 35 jam, tanpa membiarkannya mengalami pembusukan; hal mana sangat sulit, sebab tubuh orang yang mati karena penyiksaan akan lebih cepat membusuk. Dan akhirnya, ia harus “mengeluarkan” jenasah dari Kain Kafan tanpa mengakibatkan pergeseran dan merusak bekuan darah. Untuk ukuran saat ini saja, abad teknologi yang serba canggih, sangat sulit melakukan hal-hal seperti di atas, apalagi pada Abad Pertengahan.

Kain kafan berasal dari palestina
Ada beberapa alasan yang menyebabkan para ahli menarik kesimpulan bahwa Kain Kafan berasal dari daerah Palestina:  
  • Cara kerja pembuatannya agak kasar: benang diputar arah Z (searah jarum jam); tenunannya 3 a 1, adanya bekas-bekas katun Mesir yang sangat kuno; tidak didapati serat binatang (wol), sesuai ketetapan hukum Yahudi yang tidak memperbolehkan mencampur benang alami dengan benang wol.
  • Didapati banyak sekali jenis sari bunga yang berasal dari Timur Tengah, di antaranya aloe (gaharu) dan mur.
  • Didapati adanya aragonit, yaitu sejenis kalsium yang banyak ditemukan di gua-gua sekitar Yerusalem. 
  • Didapati adanya bekas gambar mata uang yang diedarkan oleh Ponsius Pilatus pada tahun 29 M pada mata kanan dan kiri Manusia Kain Kafan. 
Bukti-bukti
Terdapat banyak kecocokan sempurna antara kisah Injil Sengsara dengan apa yang ditemukan pada Kain Kafan: 
  1. Penderaan tersendiri, terlalu banyak deraan sebagai pendahuluan penyaliban  
  2. Mahkota duri, hal yang tak lazim 
  3. Memikul patibulum 
  4. Dipaku, bukan diikatkan, pada salib 
  5. Luka pada lambungnya dan keluarnya darah dan serum 
  6. Kakinya tidak dipatahkan 
  7. Jenasahnya tidak dimandikan sebelum dimakamkan 
  8. Jenasahnya dibungkus dengan Kain Kafan baru yang mahal, bukan dibuang dalam  lubang umum sebagaimana lazimnya  
  9. Tubuhnya tidak lama tinggal dalam Kain Kafan 
Mustahil ada orang lain yang mengalami hal-hal yang persis sama dengan yang dialami Yesus. 
Wajah Manusia Kain Kafan

Mari kita lihat satu-persatu dengan lebih seksama kesamaan antara sengsara Manusia Kain Kafan dan sengsara Yesus Kristus:

Penderaan
Berkat penelitian dan peralatan canggih dapat direkonstruksi bagaimana penderaan yang diderita Manusia Kain Kafan:
Hasil rekonstruksi sesuai data kain kafan
  • Manusia Kain Kafan menanggung lebih dari 120 deraan, sementara hukum Yahudi memperbolehkan hanya 40 dikurangi satu deraan. Berarti hukuman dilakukan menurut hukum Romawi yang tidak membatasi jumlah deraan.  
  • Setiap deraan dilakukan secara sistematis, bukan sembarangan, berarti dilakukan oleh orang-orang yang profesional.
  • Cambuk yang digunakan dilengkapi dengan dua bulatan timah atau tulang pada ujungnya. 
  • Manusia Kain Kafan didera dalam keadaan telanjang, kelihatan bekasnya di mana-mana di sekujur tubuh, dalam posisi terikat dan membungkuk. Ia didera sebelum memikul salib, berarti hukuman penderaan merupakan hukuman tersendiri. Barulah kemudian ia memikul palang salib (patibulum) seperti terlihat dari luka-luka memar pada pundaknya di atas luka cambuk.  
Mahkota duri
Terdapat banyak luka tusukan akibat mahkota duri pada kepala Manusia Kain Kafan. Mahkota ini bukan terdiri dari satu atau dua lingkaran, melainkan lebih merupakan suatu mahkota berbentuk helm yang menutup seluruh kepala. Mahkota duri seperti tampak pada gambar atau patung yang banyak beredar sekarang adalah hasil devosi dan gaya lukis artis Eropa abad pertengahan.


Kepala, baik `kiri maupun kanan' menderita lebih dari 50 tusukan duri. Duri-duri itu menembusi juga beberapa pembuluh darah, vena dan arteri, seperti terlihat dari jenis darah yang membasahi seluruh kepala Manusia Kain Kafan. Ada dua noda darah akibat tusukan duri yang perlu kita beri perhatian secara khusus: Pertama, darah berbentuk angka tiga yang mengalir dari dahi Manusia Kain Kafan. Darah itu adalah jenis darah vena yang memancar dari pembuluh vena di dahi; berbentuk demikian sebab terhalang oleh kerut dahi akibat menahan rasa sakit karena tusukan duri. Yang Kedua adalah darah yang mengalir di bagian kanan atas kepala Manusia Kain Kafan. Darah itu memancar dari pembuluh arteri, dan karena tekanan yang kuat, maka mengalir lebih jauh.


Permasalahannya adalah: adanya dua jenis tekanan darah pada manusia, yakni vena dan arteri, baru ditemukan pada tahun 1595 oleh Andrea Cesalpino. Seandainya Kain Kafan adalah hasil rekayasa manusia abad ke-13, bagaimana mungkin si pemalsu bisa menempatkan kedua jenis darah itu tepat pada tempatnya, padahal ia tidak mengenal tekanan darah vena dan arteri.

Patibulum
Yesus Memanggul SalibPatibulum adalah kayu palang yang beratnya berkisar antara 50-60 kg dan panjangnya sekitar 1,5 meter dengan lubang di tengahnya. Si terhukum dipaksa untuk membawa sendiri patibulum-nya ke tempat pelaksanaan hukuman mati. Tempat eksekusi biasanya sangat strategis agar mudah ditonton orang yang lewat. Di tempat ini telah dipancang tiang vertikal (stipes), yang ujungnya dibuat lebih kecil sehingga patibulum mudah dimasukkan padanya. 
Kedua tangan si terhukum diikat terentang pada patibulum yang diletakkan pada bahunya. Tali dililitkan pada tangan kanan membelit lengan, melingkari dada, lalu membelit lengan kiri, mengikat tangan kiri; ujung tali diikat pada pergelangan kaki kiri, sehingga ia terpaksa berjalan membungkuk, tidak bebas dan menimbulkan tertawaan khalayak ramai yang menyaksikannya.
Sebagian besar lukisan Yesus memikul salib menggambarkan salib yang lengkap, dengan tiang dan palang. Lukisan macam itu merupakan hasil devosi dan bukan berdasarkan pengetahuan ilmiah. Dari penelitian cermat atas Kain Kafan, terlihat dua luka memar pada punggung Manusia Kain Kafan; yang kiri lebih rendah dari yang kanan. Seandainya ia memikul seluruh salib, luka akan terjadi di bagian atas bahu, dan bukan pada punggung. Mengingat si terhukum harus berjalan ke tempat eksekusi, maka bisa dipastikan bahwa kedua luka memar adalah akibat gesekan punggung dengan kayu patibulum. 

Luka pada lutut
Dalam perjalanan menuju tempat eksekusi, Kalvari, apabila pesakitan yang hendak disalibkan lebih dari satu orang, maka mereka akan diikatkan satu dengan yang lain agar tak dapat melarikan diri. Manusia Kain Kafan berjalan tertatih-tatih, sebab ia telah begitu lemah akibat penderaan, pemahkotaan duri, serta segala perlakuan kasar dan brutal yang dideritanya seperti terlihat jelas dalam Kain Kafan. Ditambah lagi, posisinya berada di urutan paling belakang dalam iring-iringan ketiga orang yang dijatuhi hukuman mati, membuat ia rentan jatuh berkali-kali dengan lutut dan wajahnya menghantam batu jalanan yang keras. Pada Kain Kafan ditemukan banyak “tanah lumpur” pada lutut, hidung dan tumit, jelas akibat benturan dengan batu jalanan.  

Wajah
Wajah Manusia Kain Kafan merupakan bagian tubuh yang paling dahsyat mengalami kerusakan. Tetapi wajah itu tetap memancarkan cahaya keagungan; sedih namun tetap tenang. Bukan seperti wajah orang yang telah mengalami sekian banyak penyiksaan.  
Pada wajah Manusia Kain Kafan nampak sangat jelas akibat dari bermacam-macam siksaan, di antaranya: 
  1. Dipukul dengan tongkat kayu; lihat pipi kanan dan hidung.
  2. Mata kiri tertutup darah; darah juga terdapat pada mata kanan. 
  3. Memar pada tulang pipi.
  4. Darah memancar dari hidung.
  5. Memar pada kelopak mata kiri dan kanan.
  6. Darah memancar dari bawah bibir atas
Luka pada tangan dan kaki
Manusia Kain Kafan memperlihatkan tangan yang bersilang, tangan kiri di atas tangan kanan, sehingga kita bisa melihat luka paku hanya pada tangan kiri. Dari luka ini para ahli berkesimpulan bahwa paku menembusi pergelangan tangan di tempat yang disebut Destot. Dari luka pada pergelangan tangan ini terpancar tiga aliran darah: dua aliran langsung ke pinggir dan jatuh ke tanah, sementara satu aliran sampai ke siku.
Arah aliran darah yang berbeda ini bisa dijelaskan sebagai berikut: Manusia Kain Kafan dipaku tangannya dalam posisi berbaring di tanah pada patibulum, kemudian diangkat ke atas stipes (tiang) sehingga posisi tangan berubah dari horisontal menjadi vertikal. Tangan kanan terlihat lebih tersiksa dari tangan kiri. Punggung tangan kelihatan rusak akibat gesekan dengan kayu. Pada tangannya tidak terlihat ibujari sebab ibujari tertekuk ke dalam akibat tarikan paku di pergelangan tangan.


Kaki kiri Manusia Kain Kafan tampak lebih pendek dari kaki kanan. Hal ini disebabkan kaki kiri ditempatkan di atas kaki kanan dalam penyaliban. Karena Manusia Kain Kafan menjadi kaku setelah kematiannya, maka kaki kiri tetap kelihatan lebih pendek.

Sakrat maut dan wafat di salib
Biasanya orang yang disalibkan mati setelah mengalami sakrat maut yang panjang.  Origenes, seorang penulis theologia mengatakan bahwa orang yang disalibkan bertahan “satu malam dan hari berikutnya.” Tetapi Yesus bertahan cuma beberapa jam saja. Apakah yang mengakibatkan-Nya wafat begitu cepat?

Beberapa hipotesa:
  1. Asfissia: Manusia Kain Kafan tak dapat bernafas dalam posisi tergantung di atas salib seperti itu sehingga mengalami kejang otot dan akhirnya mati.
  2. Kolaps ortostatik: yaitu tensi tiba-tiba turun, mengakibatkan kondisi tak sadar hingga koma dan mati.
  3. Emotoraks: karena benturan keras pada dada (akibat jatuh) maka terjadi pendarahan pada paru-paru. Darah yang keluar dari luka-luka dalam itu terkumpul dalam pleura (kantung pembungkus paru-paru). Akibat terlalu banyak darah yang terkumpul di sana, Manusia Kafan tak dapat bernafas dan akhirnya mati. 
  4. Jantung pecah: sekarang sebagian besar para ahli yang mempelajari fenomena kematian Manusia Kain Kafan, dengan mempertimbangkan sebab-sebab intern dan ekstern Manusia Kain Kafan selama sengsara, berkesimpulan bahwa kematian terjadi akibat jantung pecah diikuti pendarahan cukup besar pada emoperikardium, yaitu kantong elastis yang membungkus jantung. 
Mereka mengajukan bukti-bukti sebagai berikut:
1. seruan nyaring yang keluar dari tenggorokannya sebelum wafat, “Lalu berserulah Yesus dengan suara nyaring dan menyerahkan nyawa-Nya” (Markus 15:37)
2. kematian-Nya yang cepat mengherankan Pilatus: “Pilatus heran waktu mendengar bahwa Yesus sudah mati. Maka ia memanggil kepala pasukan dan bertanya kepadanya apakah Yesus sudah mati” (Markus 15:44)
3. noda darah dan air dari luka lambung.
4. “segera mengalir keluar darah dan air” (Yohanes 19:34); banyaknya darah dan air yang menyembur dari luka merupakan suatu hal yang aneh bagi orang yang sudah mati dan sudah kehilangan banyak darah.
Penjelasan Lanjut mengenai teori ini:
    Orang yang mati karena jantung pecah diikuti emoperikardium akan berseru kesakitan sebelum mati; perikardiumnya dipenuhi darah hingga lebih dari satu liter. Jika orang yang mati demikian dibiarkan selama satu setengah atau dua jam dalam posisi vertikal, maka darah dalam perikardium akan terpisah menjadi dua bagian: yang merah di bagian bawah dan yang putih / kuning di bagian atas. Jika perikardium ditusuk, maka akan segera menyembur keluarlah isinya: darah dan air, yang dilihat oleh Yohanes.
Luka pada lambung
Pada lambung kanan kita melihat sebuah luka terbuka; luka itu ternganga, artinya luka terjadi setelah orangnya mati. Luka itu panjangnya 4,5 cm, lebarnya 1,5 cm, dan dalamnya diperkirakan 5 atau 6 cm. Luka terjadi karena tombak, yang membuat luka itu masuk dari bawah ke atas dan menembusi perikardium sehingga “darah dan air” tersembur keluar. Semua yang dialami Manusia Kain Kafan, seperti tergambar pada Kain Kafan, kelihatan cocok sempurna dengan apa yang dialami Yesus seperti dicatat dalam Injil.
Penemuan baru?
Dr John Jackson dan Eric Jumper menemukan bahwa gambar Kain Kafan merupakan foto tiga dimensi. Di samping itu, mereka menegaskan beberapa hal berikut:  
  1. Gambar terjadi karena “bulu” Kain Kafan berubah warna. Di mana gambar lebih hitam, di situ didapati lebih banyak bulu berubah warna. Perubahan warna terjadi karena bulu mengalami dehidrasi (kehilangan air).
  2. Gambar adalah proyeksi vertikal pada meja horizontal.
  3. Tidak ada gambar kiri-kanan, sedangkan ada noda darah samping
  4. Di bawah noda darah tidak didapati gambar. Artinya: darah melekat terlebih dahulu, sehingga menghalangi gambar terjadi di bawahnya.  
Masih misteri?
Pada Kain Kafan tidak didapati adanya tanda-tanda pembusukan, berarti Manusia Kain Kafan hanya tinggal dalam Kain Kafan sekitar 30-36 jam. Tidak didapati tanda-tanda adanya pergeseran tubuh dalam Kain Kafan; tubuh seperti lenyap begitu saja dari Kain Kafan. Gambar terjadi karena suatu pancaran cahaya. Sebagian orang mengaitkan pancaran cahaya ini dengan peristiwa kebangkitan. Yang belum diketahui adalah mekanisme fisik-kimia yang menyebabkan terjadinya gambar, yakni pancaran sinar yang tidak menembus kain, yang semakin berkurang apabila semakin jauh dari sumber.
  
Catatan Khusus
  • Manusia Kain Kafan dimakamkan secara layak dan pantas, sesuatu yang tak lazim bagi seorang yang dihukum mati disalib.  
  • Manusia Kain Kafan tidak dimandikan. 
  • Hanya orang kaya atau terpandang saja yang dapat menghadap penguasa meminta jenasah orang yang dihukum mati. Itulah Yusuf dari Arimatea yang berani menghadap Pilatus, meminta jenasah Yesus, dan memakamkan-Nya secara pantas. 
  • Manusia Kain Kafan tinggal hanya beberapa jam saja dalam makam, antara duapuluh sampai tigapuluh jam. Lebih lama dari tenggang waktu itu, pastilah jenasahnya sudah mulai mengalami proses pembusukan, sementara tidak didapati tanda-tanda pembusukan pada Kain Kafan. 
  • Jenasah terpisah dari Kain Kafan secara istimewa atau luar biasa, sebab Kain Kafan pastilah melekat pada seluruh tubuh orang yang dibungkusnya, namun demikian tidak didapati adanya tanda-tanda jenasah dikeluarkan atau digeser pada Kain Kafan. 
  • Kain Kafan disimpan orang kendati berlumuran darah. Hal ini secara historis tak dapat dimengerti, sebab bagi orang Yahudi, menyentuh makam atau benda-benda dalam makam menajiskan orang. Di samping itu, mengambil barang dari makam, selain menajiskan, juga diancam hukuman mati. Pastilah ada suatu alasan yang sungguh luar biasa, sehingga orang menyimpan Kain Kafan.  
     
Kesimpulan
Secondo Pia, fotografer yang pertama kali memotret Kain Kafan, membangkitkan amat banyak reaksi, terutama di kalangan para ilmuwan. Para ahli ini telah mendekati Kain Kafan terdorong keinginan untuk menyingkapkan misterinya. Dan justru pada abad teknologi ini, tersedianya peralatan-peralatan paling canggih memungkinkan manusia datang mempelajari misteri Kain Kafan dengan terlebih cermat dan seksama. Puluhan sektor ilmu pengetahuan telah mempelajari Kain Kafan. Anehnya, semakin dipelajari dan diselidiki oleh semakin banyak orang dengan berbagai ragam bentuk metode yang dilakukan dalam upaya untuk menyangkalnya, semakin terbuktilah kesesuaiannya dengan apa yang dicatat dalam Kitab Suci.
Banyak ilmuwan dari berbagai aliran kepercayaan dan ilmu pengetahuan yang telah mendekati Kain Kafan lebih sebagai peninggalan sejarah daripada reliqui, dan mempelajarinya dengan berbagai metode dan teknik yang berbeda, telah menyatakan bahwa Kain Kafan adalah asli. 
 
 


 

0 comments:

Post a Comment